Artikel Kami

Riba dan Erosi Modal Sosial (Oleh : DHARMA SETYAWAN

Perkembangan ekonomi Islam yang sangat pesat baik pada pembangunan teori klasik, kontemporer sampai pada tataran praksis gerakan. Semakin meyakinkan umat manusia (tidak hanya Islam) bahwa ada yang salah dengan kapitalisme. Begitupun dengan Sosialisme yang telah runtuh meninggalkan dua imperium ekonomi besar yaitu Islam dan Barat yang keduanya selalu berdebat memberi thesis terbaik tentang system kehidupan. Sumber daya manusia yang terus menerus melakukan upaya untuk menciptakan terobosan-terobosan masa depan semakin menarik dengan temuan-temuan yang menabjubkan. Francis Fukuyama (2005) dalam bukunya “Guncangan Besar” mengungkapkan bahwa manusia mengalami evolusi proses kehidupan mulai dari masyarakat berburu, pengumpul, bertani, industri, teknologi dan sekarang menuju masyarakat komunikasi. Dimana komunikasi menjadikan kebutuhan manusia yang semakin banyak ini semakin kompleks menjadi problem bersama. Namun fakta yang terjadi dengan kapitalisme yang memenangkan demokrasi tidak menjadikan kehidupan lebih baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya orang yang nir sosial, individualis, hilangnya etika kehidupan salah satunya banyaknya anak yang lahir di luar nikah dan banyak ditemukan di Amerika. Hal ini begitu penting bahwa Fukuyama sangat meyakini adanya modal social yang terkikis dan mengalami erosi terus menerus. Semakin majunya ekonomi dan teknologi seharusnya menjadikan manusia sadar bahwa kehidupan yang kita miliki adalah sebuah anugerah Tuhan yang tidak dapat kita gantikan kenikmatannya dengan tebusan apapun. Sesekali kita perlu berfikir tentang kebutuhan pokok kita yang selama ini telah menjadi salah persepsi bagi paradigma kehidupan. Orang berbondong-bondong untuk memenuhi kebutuhan hidup, seolah semua menjadi dasar kebutuhan primer. Padahal hal tersebut adalah kebutuhan teknologi yang menjadi tuntutan zaman modern. Kita lupa mensyukuri ada yang lebih patut kita renungkan seperti nikmat Tuhan yang sudah inheren sampai-sampai kita sering melupakan. Nikmat Nafas yang selama ini kita hirup udara oksigen, adalah salah satu nikmat yang ternyata perlu kita syukuri dan ranungkan kembali. Oksigen begitu mahalnya setelah kita rasakan saat melihat orang yang sakit nafas membutuhkan oksigen yang total per hari menghabiskan dana 5 juta rupiah untuk membelinya. Artinya Allah Tuhan semesta alam per hari memberi oksigen kepada kita gratis. Bahwa sumber daya alam terbatas dan kebutuhan manusia tidak terbatas menjadi diskusi panjang dan cenderung menimbulkan anti-thesis. Namun kita perlu menyadari bahwa manusia selalu berupaya untuk mencari solusi-solusi dari tiap-tiap masalah yang dihadapi. Dulu orang tidak pernah menyangka akan ada besi yang berjalan dengan diberi energi batu-bara. Kemudian ada energi bensin, kemudian muncul listrik, hari ini bangsa-bangsa memperebutkan energi nuklir sampai pada menghancurkan sebuah Negara. Di Amerika sudah ditemukan energi listrik dari menangkap energi petir. Kita semestinya bersyukur kembali otak kita selalu mencari dan bekerja aktif dalam upaya memcari solusi masalah yang muncul. Yang harus kita sadari adalah bekal hidup kita yang ternyata tidak terbatas. Sumber daya alam bisa jadi terbatas namun bekal kita yang selalu untuk survive dan memberi kunci pembukan memunculkan sumber daya alam yang baru dan dapat bermanfaat untuk orang lain. Sumber daya manusia yang memiliki kebutuhan tidak terbatas nyatanya selalu mampu untuk mencari alternative lain dalam upaya mensiasati problem-problem yang hadir menghimpit. Jadi Tuhan juga memberi kita sejuta ide untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin apa-apa yang ada di bumi dan digunakan untuk kelangsungan hidup makhluk di dalamnya. Plato menyatakan Manusia disebut makhluk homo homini lupus (manusia pemangsa satu sama lain). Hampir jika tidak ada akal dan perasaan (hati) manusia adalah predator seperti hewan yang diberi akal. Maka inilah awal manusia memproses diri menjadi individualis, kapitalis, sosialis ataupun keduanya. Manusia tetap akan memenuhi ruang geraknya dan bertahan hidup dengan segala kekuatan yang dimiliki. Sejarah Bunga Sejarah bunga sudah sejak lama terjadi sebelum Islam datang. Budaya bunga memang menjadi permasalan yang muncul dengan perspektif bahwa cara itu yang paling mudah untuk mengambil keuntungan. Seseorang meminjamkan uang kemudian dikembalikan dengan nilai lebih yang ditentukan oleh pemilik uang. Sejarah Romawi sebagai peradaban besar saat itu juga telah melakukan praktek-praktek riba. Bunga yang ditentukan saat itu mencapai 12 %. Pada sejarah Mesir kuno sifat membungakan harta atau uang telah dilakukan oleh Qorun dengan banyak menimbun harta secara berlebih sehingga orang lain tergantung dengan hal tersebut. Ketika orang tersebut tidak mampu membayar atas hutang yang dia lakukan maka dia akan membayar dengan tebusan dirinya. Inilah kemudian yang menjadi sejarah perbudakan berlangsung antara manusia satu dengan yang lain. Praktek membungakan harta ini terus terjadi dan semakin menegasikan (meniadakan) etika dalam bermuamalah. Manusia satu dan satunya semakin menjadi predator saling memangsa tanpa ada upaya untuk saling menolong. Islam hadir dengan memberi solusi untuk meniadakan praktek bunga, yaitu dengan adanya jual beli. Jual beli menjadi solusi bagi kelangsungan kehidupan karena didasari atas suka sama suka dan nilai uang sebagai alat tukar setara dengan barang yang menjadi objek jual beli. Bunga menjadi masalah akut karena tidak ada prinsip keadilan dalam praktek ekonomi masyarakat. Pemilik modal (capital) dengan mudahnya melakukan pemaksaan terhadap orang lain untuk mengembalikan pinjamannya dengan paksaan tanpa perlu mengetahui untuk apa uang tersebut digunakan. Islam lebih relevan dan humanis bagaimana manusia harus terus bermuamalah dengan sektor rill (barang). Islam mengajarkan bagaimana jual beli akan memberi kepuasan dikedua belah pihak karena ada nilai dan barang yang dipertukarkan dengan mengambil keuntungan yang disepakati. Jual beli menjadi sirkulasi egaliter (kesetaraan) karena kedua belah pihak dapat memutuskan praktek jual beli dengan terbuka. Sifak keterbukaan ini yang menjadikan system Islam lebih humanis dan menghargai hak-hak manusia sampai pada menghilangkan perbudakan yang telah lama terjadi sejak zaman Mesir kuno.